LENTERA PADAM


   Pagi yang tak pernah kumiliki. Karena Tuhan yang memilikinya, Dia yang menciptakannya. Tapi alangkah besar nikmat Tuhan untukku, dengan udara yang menyapa manja, burung yang menyanyi dengan nada do, re, mi, hahaha.. Aku senang akan hidupku, aku punya sebuah dunia yang tak semua orang memilikinya, yang tak semuanya terasa nikmat bila dijalani sendiri. 
   
  Namaku Lentera Larasati, sekarang 19 tahun usiaku. 14 November yang ke tiga bersama Prasetya Dimas. Lebih akrab di panggil Dimas. Sahabat kecilku yang sekarang menjadi satu-satunya alasan dibalik ketegaranku.

  Tapi terkadang aku benci kehidupan ini, kehidupan yang hanya bertepuk sebelah tangan bila diangan-angankan. Aku yang berjuang melawan ajal, Dimas yang berjuang melawan gelapnya dunia. Aku menderita Leukimia, dan Dimas tidak bisa melihat indahnya semesta. Apakah ini sebuah takdir? Kenapa Tuhan seakan tak memihak padaku. Aku rasa ini sangat tidak adil, terlebih untuku dan untuk Dimas.

  Meskipun berada di dalam dunia yang gelap, hati kami tidak pernah buta. Hati yang bisa merasakan hadirnya kehangatan cinta, untuk siapapun itu. Kami melihat dengan merasa, lewat tanda-tanda bahwa kami bisa melakukannya bersama, ini keberuntunganku. Memiliki sahabat yang saling menguatkan. Namun aku sadar selama ini, bahwa Dimas hanya sebuah angan untuk dimiliki, mendampingi, dan menjadi imam dalam keluarga yang kumiliki nanti. Kehidupan yang kita inginkan selalu tak sejalan, kesenjangan antara keinginan dan kenyataan disitulah terselip masalah. Masalah yang aku rasa, terkadang membuat sakit yang teramat sangat menyiksa. Persahabatan yang tidak mungkin aku hancurkan dengan CINTA.


 ***

  
“Kalau saja aku bisa melihat, aku  ingin menikahi seorang wanita yang sangat kusayangi” , kata Dimas dengan wajah yang sangat sayu.

“Siapa wanita itu?”, tanyaku yang kuharapkan akulah orangnya.

“Nanti kamu juga tau, aku ingin saat nanti aku melihat dialah orang pertama yang kulihat” ,  jawab Dimas
   

Tuhan siapa wanita yang dia katakan? Aku berharap akulah orang yang dimaksudnya.


“Ayolah dimas, aku penasaran?”

“Aku akan memberitahumu setelah aku bisa melihat” 

“Tapi sampai kapan?”, desakku

“Jadi kamu ragu kalau aku  akan bisa melihat dengan cepat?” 

“Bukan begitu, tapi...”

“Sudahlah, yang pasti kalau aku melihat, aku akan mengajaknya naik perahu pesiar yang akan kami nikmati berdua, menikmati angin laut, dan saat itu aku akan memeluknya mesra. Romantis kan?”
       
 
 ***

  Semalaman aku memikirkannya, hingga aku sampai pada sebuah keputusan yang menjadikan perdebatan diantara aku dan keluargaku. Tapi aku akan tetap melakukannya. Aku akan memberikan mataku untuk Dimas. Dan tidak ada yang bisa menggoyahkannya, titik! Aku melakukannya tanpa sepengetahuan Dimas. Yang dia tau aku menjadi buta karena kecelakaan. Leukimia yang kuderitapun semakin parah. Mungkin sebentar lagi ajalku datang. Namun aku tetap berusaha tersenyum dan bertahan demi Dimas.
   
  Akhirnya hal yang paling aku takuti menjadi nyata. Aku benci hari ini! Pengorbananku jatuh pada hari ini demi Dimas. Dia  benar-benar menikah dengan wanita yang diceritakannya. Hari ini adalah akad nikahnya, 14 November yang ke empat tanpa Dimas. Aku tidak tau apakah aku kuat atau tidak jika mendengar suaramu Dimas. Mendengarmu mengucap nama wanita lain yang tak lain adalah sepupuku sendiri Dinda. Aku tidak tau kalau kamu selama ini diam-diam menyukainya.
   
  Aku tidak akan datang. Aku hanya menitipkan sebuah surat untuk Dimas kepada ibuku. Ibu memelukku dengan erat, menitikkan air mata bahagia. Aku anak yang rela berkorban demi orang lain hanya karena cinta. Namun cinta itu berpaling karena tak menyadarinya. Di dalam kamar kuambil air wudhu, aku mengadu dan dalam sela-sela doaku aku rasa inilah akhir dari pengorbananku mencintai Dimas. Air mataku tak bisa terbendung lagi menahan kisah cinta yang tidak menjadi nyata. Aku rindu padamu Ya Allah, berikan kebahagiaan untuk Dimas bersama istrinya, berikanlah dia keturunan yang mampu mengangkat derajatnya, aku mencintai Dimas karena Mu Ya Allah.

  Dalam sisa air mata, cinta, doa dan hidupku, aku mendengar seseorang membuka pintu kamarku, lalu dia datang dengan beberapa orang di belakangnya. Aku bisa merasakan bahwa orang itu adalah Dimas. Saat aku lemah dalam perjuangan hidup dan mati aku merasakan dia memelukku dengan erat, bahkan sangat erat. Dengan suara isak tangisnya, dia meminta maaf padaku. Aku tau dia menjalankan ijab qobul itu. Hatiku menjerit meronta, aku tidak mau mendengarnya, aku ingin pulang dengan tenang. 

  Anehnya, namaku yang disebut. Dia menikahiku dengan mas kawin dua kalimah syahadat. Apa ini? Aku benar-benar menikah dengannya. Aku tidak sanggup untuk bertahan lagi. Aku puas telah di nikahinya karena cinta, meskipun aku yakin aku yang kedua. Tapi aku bahagia, dia yang pertama dan terakhir dalam hidupku. Dalam pelukannya aku di tuntun Izrail untuk kembali ke rumahku, Surga Mu Ya Allah. Sebelum itu aku mendengar tangisan beberapa orang di sekelilingku dan kecupan mas Dimas di keningku. Aku pulang dengan bahagia....


Dalam surat tertulis:

Untuk Prasetya Dimas..
Dim bagaimana pernikahanmu? Lancar kan? Semoga Allah melancarkannya sampai kamu menyusulku. Oh iya, semoga perjalananmu di kapal pesiar menyenangkan. 

Taukah kamu dim, aku sangat berharap akulah wanita pertama yang akan kamu lihat, aku berharap bisa duduk di pelaminan bersamamu, lalu kita akan menikmati perahu pesiar kita dengan angin lautnya. Aku berharap akulah yang kamu peluk mesra. 

Aku rasa aku terlalu banyak berharap. Tapi tak apa, toh aku masih bisa melihatmu, melihat keturunanmu, kebahagiaanmu, dan suasana laut dari kapal pesiar, bahkan akulah yang tau kamu dan perasaanmu ketimbang istri dan anak-anakmu, karena cintaku terselip dibola matamu, dan aku ikhlas akan itu. Sebelumnya aku menitipkannya untukmu. Jagalah dengan baik mataku. Semoga Allah menjadikanmu keluarga yang Sakinah Mawadah dan Warahmah... 

Sekarang saatnya Lentera padam, dan aku akan selalu menunggumu untuk menyalakannya kembali. Selamat Ulang Tahun, Dimas.

Salam sayang
Lentera Larasati





0 komentar:

Posting Komentar

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda