Kesehatan Mental
1. Penyesuaian Diri & Pertumbuhan
A. Penyesuaian Diri
1) Definisi Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah proses
bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai
dengan lingkungan. Seperti kita ketahui bahwa penyesuaian yang sempurna
tidak pernah tercapai. Penyesuaian yang sempurna terjadi jika manusia/individu
selalu dalam keadaan seimbang antara dirinya dengan lingkungannya dimana tidak
ada lagi kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan di mana semua fungsi
organisme/individu berjalan normal. Sekali lagi, bahwa penyesuaian yang
sempurna seperti itu tidak pernah dapat dicapai. Karena itu penyesuaian diri
lebih bersifat suatu proses sepanjang hayat dan manusia terus-menerus berupaya
menemukan dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapaipribadi yang
sehat.
Penyesuaian diri dalam
bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment ataupersonal
adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari
tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation),
penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri
sebagai usaha penguasaan(mastery). Pada mulanya penyesuaian
diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi
ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik,
fisiologis, atau biologis. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang akan
berdampak juga pada pertumbuhan personalnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan
diri dengan baik di lingkungan sekitarnya apalagi di lingkungan baru, maka
pertumbuhan personalnya juga akan mengalami peningkatan. Sekarang, apa itu
pertumbuhan personal? Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan
dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa
pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan
terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
2) Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Menurut Fatimah (2006) penyesuaian diri memiliki
dua aspek, yakni penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih
jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
a. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah
kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan
yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari
sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu
bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan
penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari
kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada
kondisi dirinya.
Kehidupan kejiwaannya ditandai
dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah,
rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan
keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang
diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik
yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk
meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
b. Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di
dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling
mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu
pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial,
proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi
dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan
orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara
umum.
Dalam hal ini individu dan
masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu
menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara
komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh
sang individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam poroses
interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian
sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial
dengan cukup baik. Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam
penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan
sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun
dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur
hubungan individu dengan kelompok.
Dalam proses penyesuaian
sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan
tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial
pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. Kedua hal tersebut
merupakan proses pertumbuhan kemampuan individu dalam rangka penyesuaian sosial
untuk menahan dan mengendalikan diri. Pertumbuhan kemampuan ketika
mengalami proses penyesuaian sosial, berfungsi seperti pengawas yang mengatur
kehidupan sosial dan kejiwaan. Boleh jadi hal inilah yang dikatakan Freud
sebagai hati nurani (super ego), yang berusaha mengendalikan kehidupan
individu dari segi penerimaan dan kerelaannya terhadap beberapa pola perilaku
yang disukai dan diterima oleh masyarakat, serta menolak dan menjauhi hal-hal
yang tidak diterima oleh masyarakat.
3) Penyesuaian Diri yang Positif
Ada beberapa penyesuaian diri
yang positif menurut Supriyono (2008), diantaranya yaitu :
a. Mampu memerima dan memahami diri
baik kelebihan dan kekurangan.
b. Mampu menerima dan menilai
kenyataan diluar dirinya secara objektif.
c. Mampu bertindak sesuai dengan
potensi.
d. Memiliki perasaan aman yang memadai.
e. Rasa hormat dan mampu
bertindak toleran kepada sesama.
f. Bersikap terbuka dan sanggup
menerima umpan balik.
g. Memiliki kestabilan psikologis
terutama kestabilan emosi.
h. Mampu bertindak sesuai norma yang
berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya.
B. Pertumbuhan Personal
1) Definisi Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan adalah perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff
Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara
terus-menerus.
2) Aspek-aspek yang
Memfasilitasi Pertumbuhan Personal
Carl Roger (1961) menyebutkan
3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan, yaitu
sebagai berikut :
a. Keikhlasan kemampuan untuk
menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
b. Menghormati keterpisahan dari orang
lain tanpa kecuali, dan
c. Keinginan yang terus menerus untuk
memahami atau berempati terhadap orang lain.
3) Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Personal
Ada 3 faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan personal, yaitu :
a. Faktor Biologis
Karakteristik anggota tubuh
yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat
kental.
b. Faktor Geografis
Faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau
tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
c. Faktor Budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan
juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti
setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.
Selain itu, ada satu hal yang
tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal
adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri
dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.
2. Stress
A. Arti Penting stress
1) Definisi
Stress
Kata “stress” bisa diartikan
berbeda-beda bagi setiap individu. Sebagaian individu mendefinisikan stres
sebagai tekanan, desakan atau respon emosional. Para psikolog juga
mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Stres bisa mengagumkan, tetapi juga
bisa fatal. Semuanya tergantung kepada para penderita.
Lazarus dan Folkman (1984)
menyatakan stres psikologis adalah sebuah hubungan antara individu dengan
lingkungan yang dinilai oleh individu tersebut sebagai hal yang membebani atau
sangat melampaui kemampuan seseorang dan membahayakan kesejahteraannya. Stres
juga bisa berarti ketegangan, tekanna batin, dan konflik yang berarti.
Menurut Robert S. Fieldman
(1989), stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu
yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa
itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Peristiwa yang
memunculkan stres dapat saja positif atau negatif. Sesuatu yang didefinisikan
sebagai peristiwa yang menekan atau tidak, bergantung pada respon yang
diberikan oleh individu.
Menurut Hans Selye (2001)
stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan
beban atasnya. Bila seseorang telah mengalami stres mengalami gangguan pada
suatu atau lebih organ tubuhnya sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat
menjelaskan fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut distress. Pada
gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan
somatik, tetapi dapa pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk
stres mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal
tersebut dikatakan eustres.
Selain itu stres adalah suatu
tuntutan yang mendorong organisme untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri.
Sedangkan stresor adalah suatu sumber stres.
Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa stres adalah suatu keadaan yang membebani atau
membahayakan kesejahteraan penderita, yang dapat meliputi fisik, sosial, atau
kombinasinya.
Arti penting stres,
respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban
atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila
seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak
dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan
tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami
stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
B. Tipe-tipe Stres Psikologis
Menurut Maramis (1990) ada 4 tipe stres
psikologis, yaitu :
1) Tekanan
Hasil hubungan antara
peristiwa-peristiwa persekitaran dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan
akan bergantung kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut bertindak
balas. Tekanan mental adalah sebagian daripada kehidupan harian. Ia merujuk
kepada kaedah yang menyebabkan ketenangan individu terasa di ancam oleh
peristiwa persekitaran dan menyebabkan individu tersebut bertindak balas. Anda
boleh mengalami tekanan ketika di tempat kerja, menyesuaikan diri dengan
persekitaran baru, atau melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang sederhana
boleh menjadi pendorong kepada satu-satu tindakan dan pencapaian tetapi kalau
tekanan mental anda itu terlalu tinggi, ia boleh menimbulkan masalah sosial dan
seterusnya menggangu kesehatan anda.
2) Frustasi
Adalah suatu harapan yang
diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3) Konflik
Berasal dari kata kerja
latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
4) Kecemasan
Banyak pengertian/definisi
yang dirumuskan oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan.
C. Symptom-Reducing
Response terhadap Stress
Kehidupan akan terus berjalan
seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan
terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu
memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya
masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme
pertahanan diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk
dijadiakan strategi saat menghadapi stress :
1) Identifikasi
Identifikasi adalah suatu cara
yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi
kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki
kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka
mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2) Kompensasi
Seorang individu tidak
memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang
lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun
prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3) Overcompensation/ reaction
formation
Perilaku seseorang yang gagal
mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut
dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya
berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya
karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat
melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4) Sublimasi
Sublimasi adalah suatu
mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu
konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam
bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong
hewan.
5) Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme
perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri
atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih
rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya,
namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.
6) Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan
dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita
mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam
pribadinya.
7) Reaksi konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh
atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel
masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8) Represi
Represi adalah konflik
pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke
dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan
yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9) Supresi
Supresi yaitu menekan konflik,
impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan
hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya
kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
10) Denial
Denial adalah mekanisme
perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang
penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11) Regresi
Regresi adalah mekanisme
perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri
dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan
berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12) Fantasi
Fantasi adalah apabila
seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
13) Negativisme
Adalah perilaku seseorang yang
selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak
terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos
sekolah.
14) Sikap mengkritik orang
lain
Bentuk pertahanan diri untuk
menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku
agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
Selain mekanisme pertahanan
diri yang digunakan untuk mengatasi serta mengurangi stress yang timbul karena
adanya stressor, individu dapat juga menggunakan berbagai strategi coping yang
spontan untuk mengatasi stress “minor”.
Coping strategy merupakan
koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit
atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses
belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang
efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak
akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu
stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.
Untuk mengatasi stres “minor”,
individu dapat melakukan berbagai macam koping spontan dan sederhana. Tidak
perlu memerlukan banyak biaya dan waktu yang dikorbankan. Stres “minor”
merupakan stres yang tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap individu yang
merasakannya. Misalnya seperti kecelakaan, mendapat nilai yang buruk di rapot,
telat datang ke kantor, dan lain sebagainya.
Biasanya jika tingkat stres
yang dirasakan individu cukup parah, peranan obat/medikasi sangat membantu.
Namun terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan di saat stres juga tidak baik
pengaruhnya bagi kesehatan fisik.
Ada beberapa teknik terapi
yang dicobakan untuk mengatasi stres. Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk
mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk
menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya
sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu. Biofeedback
kurang efektif untuk digunakan secara praktis.
Untuk mengatasi stres minor,
individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena
cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres.
Relaksasi dan meditasi juga
salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang
dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu
mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki
keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi
lebih tenang.
Namun dari semua strategi yang
ada, menguah sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi
stres yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang
bisa merasa lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas
dalam menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.
D. Pendekatan “problem
solving” terhadap Stress
Salah satu cara dalam
menangani stress yaitu menggunakan metode biofeddback,tekniknya adalah
mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stress kemudian belajar untuk
menguasainya. Tekhnik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit
sebagai Feedback. Melakukan sugesti untuk diri sendiri juga dapat lebih efektif
karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendri. Berikan sugesti-sugesti
yang positif, semoga cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara
spiritual (mengarah pada Tuhan).
E. Strategi Coping untuk
Mengatasi Stress
Menghilangkan stress mekanisme Pertahanan dan penanganan yang berfokus pada
masalah. Menurut Lazurus penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk,
yaitu : Coping yang berfokus pada masalah (problem focused coping) adalah
istilah Lazurus untuk strategi kognitif untuk penanganan dtress atau coping
yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha
menyelesaikannya. Coping yang berfokus pada emosi (problem focused
coping) adalah isitlah Lazurus untuk strategi penanganan stress diaman
individu memberikan respon terhadad situasi stress dengan cara emosional,
terutama dengan menggunakan penialaian defensif.
F. Strategi Penanganan stress dengan mendekat
dan menghindar
Strategi mendekati(approach
strategies) meliputi usaha kognitif untuk memahami penyebab stress dan
usaha untuk mengahadapi penyebab stress tersebut dengan cara mengahadapi
penyebabnya atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung. Strategi
menghindar (avoidance strategies) meliputi usaha kognitif untuk
menyangkal atau meminimalisasikan penyebab stress dan usaha yang muncul dalam
tingkah laku, untuk menarik diri atau menghindar dari penyebab stress.
Daftar
Pustaka
Ali,
M. & Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
PT Bumi Aksara : Jakarta
Fatimah,
N. (2006). Psikologi perkembangan. Pusaka Setia : Bandung
Fausiah,
fitri. (2007). Psikologi abnormal. UI press : Jakarta
Halgin,
R.(2010). Psikologi abnormal. Salemba Humanika: Jakarta
Kartini
& Kartono (2003) .kamus psikologi. Pionir Jaya : Bandung.
Munandar.(2001). Psikologi
industry dan organisasi. Universitas Indonesia (UI-Press) : Jakarta
Nevid,
S.(2002). Psikologi abnormal. Erlangga : jakarta
Samiun,
Y. (2006). Kesehatan Mental 1. Kanisius : Yogyakarta
Siswanto. (2007). Kesehatan
mental; konsep, cakupan, dan perkembangannya. C.V Andi
Offset :Yogyakarta
Sunaryo. (2002). Psikologi
untuk keperawatan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Supriyo.
(2008). Studi Kasus Bimbingan dan Konseling. Nieuw Setapak :
Semarang
0 komentar:
Posting Komentar