Tugas ke-3 “ Kesehatan Mental “
1. Hubungan Interpersonal
A. Model-model Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita bukan
sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya
menentukan content melainkan juga menentukan relationship. Dari segi
psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik hubungan
interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara komunikan. Hubungan
interpersonal mempunyai 4 model yang diantaranya meliputi :
1) Model pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang
berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya.
Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat
positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran
dikurangi biaya).
2) Model peranan (role model).
Hubungan
interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang
memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan
akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan
(role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki
ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi
peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi
tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang
harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan
memainkan peranan tertentu.
3) Model permainan (games people play model).
Model
menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan
bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam
permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian
yaitu,Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan
perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang
tua).Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah
informasi secara rasional) dan Kepribadian anak (kepribadian yang
diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi
intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
4) Model Interaksional (interacsional model).
Model
ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap
sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat
model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
B. Memulai Hubungan
Tak
dapat dipungkiri bahwa ketertarikan fisik merupakan salah satu faktor
utama seseorang timbul rasa ingin memulai hubungan. Pembentukan kesan
pertama membuat individu ingin memulai hubungan interpersonal. Adapun
tahap-tahap dalam hubungan interpersonal yakni meliputi :
1) Pembentukan.
Tahap
ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti
telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,
“fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak
untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak
berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain.
Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses
mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data
demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan
sebagainya. Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan
dapat dikelompokkan pada tujuh kategori yaitu, informasi
demografis, sikap dan pendapat (tentang orang atau objek),rencana yang
akan datang,kepribadian, perilaku pada masa lalu, orang lain serta, hobi
dan minat.
2). Peneguhan Hubungan.
Hubungan
interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk
memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat
faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu:
a. Keakraban (pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang antara komunikan dan komunikator).
b. Kontrol
(kesepakatan antara kedua belah pihak yang melakukan komunikasi dan
menentukan siapakah yang lebih dominan didalam komunikasi tersebut).
c. Respon
yang tepat (feedback atau umpan balik yang akan terima jangan sampai
komunikator salah memberikan informasi sehingga komunikan tidak mampu
memberikan feedback yang tepat).
d. Nada emosional yang tepat (keserasian suasana emosi saat komunikasi sedang berlangsung).
C. Hubungan Peran
1) Model peran
Menganggap
hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang
harus memerankan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh
masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu
bertindak sesuai dengan peranannya.
2) Model Interaksional
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap
sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua
sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan
bertindak bersama sebagai suatu kesatuan. Pemutusan Hubungan Menurut
R.D. Nye dalam bukunya yang berjudulConflict Among Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:
A. Kompetisi,
dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan
orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu
dengan merendahkan orang lain
B. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lainsehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
C. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
D. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
E. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
D. Intimasi & Hubungan Pribadi
Shadily
dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang
didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. Kemudian Sullivan
(Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku
penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap
orang lain.
Steinberg
(1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan
emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang
terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan
aktivitas yang sama. Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau
kekasih. Menurut teori Steinberg yakni subteori segitiga cinta (triangular sub theory of love) pola cita berkisar pada keseimbangan antara 3 elemen yakni : keintiman, gairah dan komitmen. Keintiman (intimacy), unsur emosional yang melibatkan pengungkapan diri, yang mengarah kepada ketertarikan, kehangatan dan rasa percaya. Jika intimacy, passion dancommitment terpenuhi maka sebuah hubungan akan menjadi sempurna karena diliputi oleh cinta yang menyeluruh (consummate love).
Sedangkan
menurut Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah
pada suatuhubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara
dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah
pada keterbukaanpribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan
perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan
komunikasi yang penuh maknauntuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi
bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat
terwujud melalui saling berbagi danmembuka diri, saling menerima dan
menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey
dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).
E. Intimasi & Pertumbuhan
Intimacy
tidak akan bertumbuh jika tidak ada cinta. Keintiman berarti proses
menyatakan siapa kita sesungguhnya kepada orang lain. Cinta ada ketika
individu telah mengenal dirinya sendiri sebagai suatu identitas. Namun
kenyataanya takut akan terikat dengan komitmen menjadi hal yang paling
banyak dialami oleh orang pada tahap ini sehingga menimbulkan perilaku
isolasi.
Intimasi
juga dibutuhkan dalam proses pertumbuhan. Mengapa? Karena dengan
mendapatkan perasaan kedekatan, didukung segala aktivitas baik yang
dikerjakan, diberi kebebasan untuk dapat mengutarakan apa yang sedang
dirasakan yang dibagi juga ke orang lain, serta memiliki perasaan
dicintai itu semua memang komponen yang nantinya akan saling melengkapi
dengan baik akan membentu proses pertumbuhan pada anak. Dimana keluarga
dengan intimasi yang baik akan menciptakan suasana yang kondusif untuk
mendukung tumbuh kembang anak – anak.
2. Cinta & Perkawinan
Cinta
itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam
lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih.
Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang
didapat adalah kehampaan... tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak
dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur.
Terimalah cinta apa adanya.
Perkawinan
adalah kelanjutan dari Cinta. Adalah proses mendapatkan kesempatan,
ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan
mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin
kau dapatkan, maka sia2lah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu,
karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.
A. Memilih Pasangan
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNSA5WfPthEP2hztVKAVrbpLFRIolE8aYiXaBITe-USy6p9XdNLjod4lIAvTkbjyDKJgNxlHLPZiYOx8d2OIHqv5-tUbbaj2B_CPNiWLWKw796iFFkf4f5GhNk9Shem6oEmMohhKgedZPv/s400/j.png)
Memilih
pasangan hidup bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang
merasa tidak sreg ketika mereka ditawari untuk memilih suami atau
memilih istri, tak seperti memilih pacar yang bisa dengan mudah
dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup adalah orang yang diajak untuk
susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan ada yang pertama dan
yang terakhir.Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih susah
dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
Dalam
memilih pasangan hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan keduanya
memiliki hak untuk memilih yang paling tepat sebagai pasangannya. Maka
dari itu harus benar-benar diperhitungkan ketika memilih pasangan yang
baik. Bila ingin pintar, seseorang harus rajin belajar, bila ingin kaya
seseorang harus berhemat, begitu pula tentang pasangan hidup. Bila
menginginkan pasangan hidup yang baik maka kita juga harus baik. Tak ada
sesuatu di dunia ini yang untuk mendapatkannya tidak memerlukan
pengorbanan. Segala sesuatu ada harga-nya termasuk bila ingin
mendapatkan pasangan hidup yang baik. Ya, dimulai dari diri sendiri.
Bila kita bercita-cita untuk mendapatkan pasangan hidup yang baik, maka
kita sendiri harus baik. Percayalah, Tuhan telah memasangkan manusia
sesuai dengan karakter dan derajat mereka masing-masing. Manusia yang
baik hanyalah untuk manusia yang baik pula, begitu pula sebaliknya.
Banyak
orang yang pikirannya terlalu pendek dalam perkara ini sehingga gagal
dalam pernikahannya. Prinsipnya adalah jika kita hanya berpedoman pada
hal-hal yang sifatnya duniawi (kecantikan dan kekayaan) maka akan sangat
sulit dalam menjalani hari-hari berumah tangga nantinya. Karena semua
itu sifatnya hanya sementara dan sangat mudah berubah. Jadi, jika jatuh
cinta hanya karena melihat dari segi kecantikan/ketampanan dan atau
kekayaan, maka cinta tersebut akan sangat mudah berkurang bahkan hilang.
Jika kita memang cinta pada seseorang maka lahirlah
ketampanan/kecantikan, bukan sebaliknya. Berikutnya adalah tentang
masalah fisik. Banyak yang berkata bahwa wanita cantik hanya pantas
untuk laki-laki tampan, begitu pula sebaliknya. Dan apa yang terjadi
ketika teman kita yang mungkin tak begitu cantik mendapatkan suami yang
tampan dan juga kaya, maka kita biasanya akan protes. Kita merasa bahwa
dirinya tak pantas dan kitalah yang lebih pantas.
Inilah
yang menutupi rezeki kita. Perasaan iri dan dengki menutupi rezeki kita
untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Orang yang hatinya dipenuhi
penyakit hati biasanya akan memancarkan aura negatif. Sebaliknya, orang
yang hatinya bersih maka aura positiflah yang akan terpancar keluar dari
dalam jiwanya. Tentunya siapa pun pasti akan lebih memilih orang yang
memiliki aura positif daripada negatif. Lalu, mengingat pernikahan itu
adalah sebuah investasi jangka panjang maka kita juga harus melihat
calon pasangan kita dalam jangka panjang. Bolehlah jika dia saat ini
belum sukses, belum kaya, belum pintar, tetapi ketika ada potensi di
masa depan dia akan menjadi lebih baik maka mengapa tidak??? Daripada
kita hanya melihat kondisi dia saat ini tetapi di masa depan justru
punya potensi akan meninggalkan kita. Betapa banyak wanita yang menikah
hanya karena melihat prianya saat ini tampan dan betapa banyak wanita
yang menikah karena hanya melihat wanitanya saat ini cantik. Mereka
tidak sadar bahwa 10 tahun lagi bisa jadi ketampanan/kecantikan tersebut
sudah pudar. Adapun bila kita dihadapkan suatu pilihan lebih dari satu,
tentu sewajarnya seorang akan memilih yang terbaik baginya, meskipun
pilihan terbaik baginya tidak selalu identik dengan pilihan yang terbaik
bagi umum, karena seseorang tentu memiliki pertimbangan yang sangat
khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Maka,
ketika sedang memilih calon pasangan , bukalah mata lebar-lebar.
Lihatlah dia secara utuh. Kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang
dia, terutama kekurangannya. Karena saya yakin, kelebihan dari pasangan
akan dengan mudah kita terima tetapi kekurangan? Tanyakanlah pada diri
sendiri, mumpung belum akad nikah, apakah siap menerima
kekurangan-kekurangan tersebut?
Terakhir,
lihatlah dia tidak hanya di masa sekarang tetapi juga potensinya di
masa depan. Tahukah kalian bedanya anak-anak dan dewasa? Anak-anak hanya
berfikir apa yang ada sekarang sementara orang dewasa berfikir lebih
jauh ke depan. Pernikahan adalah urusannya orang dewasa maka berfikirlah
dewasa.
B. Hubungan dalam Perkawinan
Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach,
dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan
perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang
bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap
berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan
batas waktu yang pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang
satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan
melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.
Ada beberapa tahap dalam menjalin sebuah hubungan dalam perkawinan,
yaitu :
Tahap pertama : Romantic Love.
Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang
menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan
pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam
situasi romantis dan penuh cinta.
Tahap kedua : Dissapointment or Distress.
Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling
menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha
menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari
pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan
stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain,
mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai
dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa
membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi
terhadap hubungan dengan pasangannya. Banyak pasangan di tahap ini
memilih berpisah dengan pasangannya.
Tahap ketiga : Knowledge and Awareness.Dawn
mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini
akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini
juga sibuk menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan
itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini
biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada
pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan
konsultasi perkawinan.
Tahap keempat : Transformation.
Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan di
hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang
tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah
pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi
perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling
menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan
kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
Tahap kelima : Real Love. “Anda
berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman,
kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis
ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri
seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain.
Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai
realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan
pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real
love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda
berdua,” ingat Dawn.
Lebih
lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan
Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami
pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap
perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan
Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan,
dan juga anak. Ketika pasangan (suami/istri) kedapatan beberapa kali
bersikap kurang baik, anggap lah ini sebuah ladang amal sabar. Dan
jangan sekali-kali berfikir bahwa hasil dari istikharah ternyata gagal
ketika suatu hari merasa sedikit kesal mendapati kelakukan pasangan Anda
sikapnya kurang baik, harusnya tetap lah berfikir bahwa dia memang
pilihan terbaik yang Alloh pilihkan.
Ketika
keadaannya seperti itu tadi, yang menjadi tantangan untuk Anda lakukan
adalah menunjukan sikap yang lebih baik dari dia, agar Anda menjadi
contoh kebaikan untuknya, karena tidak selesai hanya berharap saja dia
harus lebih baik dari Anda, tetapi kita harus melakukan sesuatu untuk
menjadi jalan perubahan untuknya. Karena bisa jadi begini, sekarang
memang pasangan Anda belum baik, tapi yakin lah bahwa suatu saat dia
akan lebih baik dari Anda, kontribusi motivasi dari Anda diperlukan juga
untuknya.
Terjadinya
sebuah Ikatan tali pernikahan, tidak berarti semuanya menjadi serba
cocok, serba lancar dan jauh dari Masalah. Tidaklah begitu adanya, ada
baiknya kita perlu berfikir begini: "dia bukan aku dan aku bukan dia,
aku adalah aku begitu pun dia! tapi aku adalah bagian dari dia dan dia
bagian dari aku. Karena aku Mencintainya, jadi aku harus bisa
memakluminya dan berusaha untuk terus bersikap baik, lebih baik darinya
hingga sikapku bisa menjadi contoh kebaikan untuknya."
C. Penyesuaian & Pertumbuhan dalam Perkawinan
Perkawinan
tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini harus
dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam
perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan
merupakan salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh
perubahan. Dan perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering
tak sederhana. Perubahan yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait
dengan terbentuknya relasi baru sebagai satu kesatuan serta terbentuknya
hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi
yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu saja relasi yang erat dan
hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau persepsi antara
suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik. Dalam
kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga
yang harmonis.
Pada
dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam sebuah perkawinan, yang
mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan lingkungan. Bila hanya
mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita belum melakukan
penyesuaian.
Banyak
yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam sebuah hubungan. Bahkan
bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan mampu mengelola
dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi merusak
hubungan.
D. Perceraian & Perkawinan kembali
Pernikahan
bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam
perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali
setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk
diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan
yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka
bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya
dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena
kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk
mengambil keputusan.
Apa
yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada
banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan
kurang dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak
faktor seperti faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai
manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau daya ketertarikan yang
tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang telah kita
miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya
tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan
karena kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan,
semua itu berubah menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia.
Sesuatu yang baru cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan
kalau sudah terbiasa daya tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada
kalanya, hal-hal yang sama, yang terus-menerus kita lakukan akan membuat
jenuh dalam pernikahan.
Esensi
dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar
belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting
untuk diusahakan bersama.
Jika
ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu menyadari tentang beberapa
hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati.
Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman menarik.
tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.
E. Alternatif selain pernikahan
Ada
banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya
hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan
pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian
marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap
hidup melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser,
apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut
berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk menikah.
Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah
pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk
tetap hidup melajang.
Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan
jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup
melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel.
Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki
posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorangsingle adalah
tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama
menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika
hendak pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan
membelenggu kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat
posesif dan cemburu.
Banyak
perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk
mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat
berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang
tetap hidup melajang. Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas
kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup
melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan,
sehingga promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya,
pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota
dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria
sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan
atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika
sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka
bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri.
Selain itu, ada kepuasaan tersendiri.
Banyak
yang mengatakan seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih
atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan
jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin
menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai.
Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan
perceraian. Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri,
berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada
keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke
tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang
biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan
dengan teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk
menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi
melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu
dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh
yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup
sebagai lajang.
Melajang
adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang
menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan
senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu ditakuti. Bukan pula
sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan. Hanya, mereka
belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka serta
menghabiskan waktu bersama di hari tua. Arus modernisasi dan gender
membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi yang setara
bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang mempunyai
penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan
melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk
hidup sendiri.
Daftar Pustaka
Adhim, M. (2002. Indahnya Perkawinan Dini. Jakarta : Gema Insani Press (GIP)
Aronson ,Elliot .(2005).social psychology.upper saddle river :person prentice hall
Hall, S Calvin., Lindzey , Gardner., (2009).teori - teori psikodinamika. Yogyakarta : kanisius
Jalaluddin, R. (1998). Psikologi Komunikasi, Edisi 12. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Papalia, Olds & Feldman. (1998). Human development (7th ed.). Boston : McGraw Hill
0 komentar:
Posting Komentar