I.
EMPOWERMENT,
STRES & KONFLIK
A. Pengertian
Empowerment
Empowerment
(pemberdayaan) adalah tindakan yang memberikan seorang individu
atau tim hak dan fleksibilitas untuk membuat keputusan dan melaksanakan
tindakan. Hal ini semakin diperluas dan sangat disarankan di banyak organisasi
saat ini. Pelatihan, kelompok kerja mandiri, eleminasi atas seluruh tingkatan
manajemen dalam organisasi dan penggunaan yang agresif atas otomasi adalah
beberapa cara dan dampak dari perubahan mendasar dalam cara dimana organisasi
bisnis berfungsi. Inti dari usaha ini adalah kebutuhan untuk memastikan bahwa
pengambilan keputusan konsisten dengan misi, strategi dan taktik bisnis
sementara pada saat yang sama memberikan keleluasaan kepada karyawan bagian
operasi. Salah satu cara dimana para manajer operasi melakukan hal ini adalah
melalui penggunaan kebijakan.
B. Pengertian
Stres
Stress adalah ketidakmampuan
mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual
manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia
tersebut. Dengan mengesampingkan berbagai sudut pandang (mental, emosional,
fisik, atau spiritual) yang dipakai untuk mengkaji stres, stres adalah persepsi
kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan kita sendiri.
Handoko (1993) stress merupakan
suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, berpikir dan kondisi
seseorang.
Menurut Vincent Cornelli sebagaimana
dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud Stres adalah gangguan pada
tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang
dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan
tersebut.
Secara umum stress adalah reaksi
tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi,
dll.
§ 4
sumber stres menurut Maramis(1999):
1. Frustasi,
timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada hambatan. Dalam
lingkungan kerja, perasaan frustrasi memang bisa disebabkan banyak
faktor. Faktor yang diduga
berkaitan denga frustrasi kerja adalah terhambatnya promosi,
ketidakjelasan tugas dan wewenang serta penilaian/evaluasi staf, ketidakpuasan
gaji yang diterima.
2. Konflik,
terjadi karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan atau tujuan. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a) Konflik
peran intersender, dimana pegawai berhadapan dengan harapan organisasi
terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak sesuai; (b) Konflik peran
intrasender, konflik peran ini kebanyakan terjadi pada karyawan atau
manajer yang menduduki jabatan di dua struktur. Akibatnya, jika masing-masing
struktur memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama, akan berdampak pada
karyawan atau manajer yang berada pada posisi dibawahnya, terutama jika mereka
harus memilih salah satu alternative.
3. Tekanan,
timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal
dari dalam diri individu maupun dari
luar diri individu seperti beban tugas yang terlalu berat
4. Krisis,
yaitu keadaan yang mendadak yang menimbulkan stress pada individu seperti
masalah keuangan, kematian keluarga, kecelakaan, keluarga yang tidak harmonis, dll.
C. Pengertian
Konflik
Konflik adalah suatu masalah
sosial yang timbul karena adanya perbedaan pandangan yang terjadi di dalam
masyarakat maupun negara. Menurut Robbins, konflik adalah suatu proses yang
dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara
negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak lain. Menurut
Alabaness, konflik adalah kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak
atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk
mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain.
§ Jenis-jenis Konflik:
1. Konflik Intraindividu
Konflik
ini dialami oleh individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan peran
dan ekspektasi di luar berbeda dengan keinginan atau harapannya.
2. Konflik Antarindividu
Konflik
yang terjadi antarindividu yang berada dalam suatu kelompok atau antarindividu
pada kelompok yang berbeda.
3. Konflik Antarkelompok
Konflik
yang bersifat kolektif antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
4. Konflik Organisasi
Konflik
yang terjadi antara unit organisasi yang bersifat struktural maupun fungsional.
Berdasarkan fungsinya, konflik
dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Konflik Fungsional (functional conflict) adalah konflik yang mendukung
pencapaian tujuan kelompok dan memperbaiki kinerja kelompok.
2. Konflik Disfungsional (dysfunctional conflict) adalah konflik yang
merintangi pencapaian tujuan kelompok.
§ Proses-proses Konflik
Konflik
merupakan proses yang dinamis, bukan kondisi statis. Konflik memiliki awal dan
melalui banyak tahap sebelum berakhir. Berikut ini proses-proses suatu konflik,
yaitu:
a. Antecedent conditions atau latent conflict, merupakan kondisi yang berpotensi untuk
menyebabkan atau mengawali sebuah episode konflik. Terkadang tindakan agresi
dapat mengawali proses konflik. Kondisi-kondisi yang mendahuli dapat terlihat
tidak begitu jelas di permukaan. Konflik belum tentu muncul karena kedua belah
pihak tidak berkeras memenuhi keinginan masing-masing. Disinilah konflik
bersifat laten, yaitu berpotensi untuk muncul, tetapi dalam kenyataannya tidak
terjadi.
b. Perceived conflict. Agar konflik dapat berlanjut,
kedua belah pihak baru menyadari bahwa mereka dalam keadaan terancam dalam
batas-batas tertentu. Tanpa rasa terancam ini, salah satu pihak dapat melakukan
sesuatu yang berakibat negatif bagi pihak lain, tetapi tidak didasari sebagai
ancaman.
c. Felt
conflict. Persepsi berkaitan erat dengan perasaan karena itulah jika
orang merasakan adanya perselisihan baik secara aktual maupun potensial
ketegangan, frustasi, rasa marah, rasa takut, maupun kegusaran akan bertambah.
Disinilah mulai diragukan kepercayaan terhadap pihak lain, sehingga segala
sesuatu dianggap sebagai ancaman, dan orang mulai berpikir bagaimana untuk
mengatasi situasi dan ancaman tersebut.
d. Manifest conflict. Persepsi dan perasaan menyebabkan orang
untuk bereaksi terhadap situasi yang sama. Begitu banyak bentuk reaksi yang
mungkin muncul pada tahap ini adalah berbagai argumentasi, tindakan agresif
atau bahkan munculnya niat baik yang menghasilkan penyelesaian masalah yang
konstruktif.
e. Conflict resolution atau suppression. Conflict resolution atau hasil suatu
konflik dapat muncul dalam berbagai cara. Kedua belah pihak mungkin mencapai
persetujuan yag mengakhiri konflik tersebut.
f. Conflict alternatif. Ketika konflik terselesaikan, tetap ada
perasaan yang tertinggal. Terkadang perasaan lega dan harmoni yang terjadi,
seperti ketika kebijaksanaan baru yang dihasilkan dapat menjernihkan persoalan
diantara kedua belah pihak dan dapat menimbulkan konflik-konflik yang dapat
terjadi di masa yang akan datang.
D. Contoh Kasus
PT Bintang Buana Karya, bergerak dalam
bidang konveksi atau textil, mengalami konflik antara perusahaan dengan
karyawan. Konflik ini terjadi disebabkan oleh adanya kesalahpahaman dan komunikasi
yang kurang baik antara atasan dengan karyawan.
Adanya perubahan kebijakan dalam
perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan, namun pihak
perusahaan belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa
diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan. Para karyawan
mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan, Namun tindakan ini berujung
pada PHK besar-besaran yang
dilakukan oleh perusahaan.
§ Solusi
yang dapat dilakukan adalah:
- Membentuk suatu system informasi yang
terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan
membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker.
- Membuat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan
menjadi lancar dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan
komunikasi yang intens akan mengurangi masalah di lapangan
- Memberikan pelatihan dalam hal komunikasi kepada
atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi
setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi
II.
KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi
mengandung makna bersama-sama (common).
Istilah komunikasi atau communication berasal
dari bahasa latin yaitu communication yang
berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama.
Menurut
Hoveland (1948) komunikasi adalah proses
dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang
lain.
Komunikasi
adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula di
monopoli oleh satu atau beberapa orang. (Gode, 1969)
Raymond
S. Ross (1983) mengatakan bahwa komunikasi
sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol
sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons
dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
B. Proses
Komunikasi
Secara
umum, tahapan dalam proses komunikasi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sender, yaitu individu, kelompok atau organisasi yang menginginkan
dan menyampaikan pesan kepada individu, kelompok atau organisasi lain, yaitu receiver.
2. Encoding adalah menerjemahkan pemikiran tentang apa
yang ingin disampaikan ke dalam kode atau bahasa yang dapat dimengerti orang
lain. Ini membentuk dasar dan message atau pesan. Kemudian perlu memilih
saluran yang dipergunakan untuk membagikan pesan.
3. Message, adalah pesan yang merupakan informasi yang ingin
disampaikan sender kepada receiver.
4. Channel
atau medium, merupakan saluran yang akan dipakai untuk menyampaikan
pesan. Variasi saluran komunikasi sangat banyak dan berjenjang tingkat kekuatan
komunikasi.
5. Decoding, memecahkan sandi, merupakan proses menginterpretasikan
dan membuat masuk akal suatu pesan yang diterima receiver.
6. Receiver adalah orang, kelompok atau organisasi kepada siapa
pesan dimaksudkan untuk diterima. Kemudian receiver menciptakan arti
dari pesan yang diterimanya.
7. Noise, merupakan sesuatu yang menganggu terhadap penyampaian
dan pemahaman terhadap pesan. Ini dapat memengaruhi setiap bagian dari proses
komunikasi. Merupakan faktor yang dapat memahami kejelasan pesan pada setiap
titik selama proses komunikasi.
8. Feedback, merupakan pengetahuan
tentang dampak pesan pada receiver dan menimbulkan reaksi receiver
disampaikan kepada sender.
C. Hambatan Komunikasi
Menurut Leonard R.S. dan George Strauss
dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh
Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu
:
1. Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi
yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi.
Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa
yang kita ketahui. Seseorang
cenderung hanya
ingin mendengar informasi yang ingin mereka ketahui saja dan mengabaikan
komunikasi yang bertentangan dengan tujuannya.
3. Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil
yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4. Persepsi yang berbeda.
Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak
sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan
pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5. Kata yang berarti lain bagi
orang yang berbeda. Kita sering mendengar
kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan
datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang
menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam
atau satu jam kemudian.
6. Sinyal nonverbal yang tidak
konsisten. Gerak-gerik kita ketika
berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita
pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi
yang berlangsung.
7. Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun
berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8. Gangguan.
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak
yang jauh, dan lain sebagainya.
D. Komunikasi
Interpersonal Efektif dalam Organisasi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal)
adalah komunikasi yang dilakukan antar individu dalam masyarakat terntentu
dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk mencapai tujuan tertentu.
Komunikasi antarpribadi atau yang disebut dengan interpersonal communication
biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya komunikasi yang dilakukan
dalam satu keluarga, antar teman, antar tetangga, atau dengan rekan sekerja
dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam suatu organisasi, komunikasi
interpersonal sering digunakan antar sesama anggota organisasi secara informal
baik antar atasan dengan bawahan maupun sesama anggota yang setingkat. Oleh
karena itu, dalam komunikasi interpersonal efektif dalam artian bila
penyampaian pesan dilakukan secara informal dengan menggunakan bahasa yang
sangat sederhana sehingga mudah dipahami oleh kedua belah pihak.
Adapun komunikasi interpersonal efektif
dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu:
1. Componential
adalah menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen
utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan
pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk
memberikan umpan balik dengan segera.
2. Situasional
adalah Interaksi
tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi
yang mendukung disekitarnya.
E. Model
Pengolahan Informasi Dalam Komunikasi
Model pemrosesan informasi ditekankan pada
pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan
pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar
kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses
informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk
pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data,
memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Model Pengolahan Informasi pada
dasarnya menitikberatkan dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri)
manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data,
merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta
mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya.
§ Model
pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1. Rational yaitu pemodelan secara visual yang memiliki banyak kemampuan
(powerful) untuk pembentukan sistem berorientasi objek.
2. Limited capacity yaitu merupakan kapasitas pengolahan
informasi terbatas kepada tujuan manipulasi sebuah subset informasi yang
tersedia.
3. Expert yaitu keahlian yang dibutuhkan dalam pengolahan
informasi yang mungkin tersedia.
4. Cybernetic merupakan teori sistem pengontrol yang didasarkan
pada komunikasi antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, umpan balik (feedback)
sebagai pengontrol dari sistem yang berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.
F. Model
Interaktif Manajemen Dalam Komunikasi
Model interaktif manajemen dalam
komunikasi meliputi:
1.
Confidence
Dalam
manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut
dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan
dan pengertian.
2.
Immediacy
Ini
adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar
dan tidak membosankan
3.
Interaction Management
Adanya
berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan
kepada berbagai pihak yang bersangkutan
4.
Expressiveness
Mengembangkan
suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.
Other-orientation
Dalam
hal ini suatu manajemen organisasi berorientasi pada pegawai.
Daftar Pustaka:
Herujito, Yayat M.2001. Dasar-dasar
Manajemen. Jakarta: Grasindo.
National
Safety Council. (2004). Manajemen Stres.
Jakarta: Penerbit EGC.
Umar,
Husein. (2005). Riset Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Pearce,
Robinson.(2008). Manajemen Strategis
Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat
Sunaryo.
(2004). Psikologi Untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC
Berger,
Charles R. and Steven H. Chaffee. (1948). Handbook
Communication. Baverly Hills: Sage Publication
Wiryanto.
(2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Grasindo:
Gramedia Indonesia
Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu
Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wibowo.
(2016). Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
0 komentar:
Posting Komentar