Psikologi Manajemen (Tugas 4)


I.                   EMPOWERMENT, STRES & KONFLIK
A.    Pengertian Empowerment
Empowerment (pemberdayaan) adalah tindakan yang memberikan seorang individu atau tim hak dan fleksibilitas untuk membuat keputusan dan melaksanakan tindakan. Hal ini semakin diperluas dan sangat disarankan di banyak organisasi saat ini. Pelatihan, kelompok kerja mandiri, eleminasi atas seluruh tingkatan manajemen dalam organisasi dan penggunaan yang agresif atas otomasi adalah beberapa cara dan dampak dari perubahan mendasar dalam cara dimana organisasi bisnis berfungsi. Inti dari usaha ini adalah kebutuhan untuk memastikan bahwa pengambilan keputusan konsisten dengan misi, strategi dan taktik bisnis sementara pada saat yang sama memberikan keleluasaan kepada karyawan bagian operasi. Salah satu cara dimana para manajer operasi melakukan hal ini adalah melalui penggunaan kebijakan.
Gambar terkait
 
B.     Pengertian Stres
Stress adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Dengan mengesampingkan berbagai sudut pandang (mental, emosional, fisik, atau spiritual) yang dipakai untuk mengkaji stres, stres adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan kita sendiri.

Handoko (1993) stress merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, berpikir dan kondisi seseorang.

Menurut Vincent Cornelli sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000) bahwa yang dimaksud Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut.

Secara umum stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dll.

§  4 sumber stres menurut Maramis(1999):
1.  Frustasi, timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada hambatan. Dalam   lingkungan   kerja, perasaan frustrasi memang bisa disebabkan banyak faktor. Faktor   yang   diduga   berkaitan   denga frustrasi kerja adalah terhambatnya promosi, ketidakjelasan tugas dan wewenang serta penilaian/evaluasi staf, ketidakpuasan gaji yang diterima.
2.   Konflik, terjadi karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan atau tujuan. Terdapat dua tipe umum konflik peran yaitu (a) Konflik peran intersender, dimana pegawai berhadapan dengan harapan organisasi terhadapnya yang tidak konsisten dan tidak sesuai; (b) Konflik peran intrasender, konflik peran ini kebanyakan terjadi pada karyawan atau manajer yang menduduki jabatan di dua struktur. Akibatnya, jika masing-masing struktur memprioritaskan pekerjaan yang tidak sama, akan berdampak pada karyawan atau manajer yang berada pada posisi dibawahnya, terutama jika mereka harus memilih salah satu alternative.
3.   Tekanan, timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari  dalam diri individu maupun dari luar diri individu seperti beban tugas yang terlalu berat
4.   Krisis, yaitu keadaan yang mendadak yang menimbulkan stress pada individu seperti masalah keuangan, kematian keluarga, kecelakaan, keluarga yang tidak harmonis, dll.

C.     Pengertian Konflik
Konflik adalah suatu masalah sosial yang timbul karena adanya perbedaan pandangan yang terjadi di dalam masyarakat maupun negara. Menurut Robbins, konflik adalah suatu proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah memengaruhi secara negatif atau akan segera memengaruhi secara negatif pihak lain. Menurut Alabaness, konflik adalah kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak atau lebih merasakan adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk mencampuri usaha pencapaian tujuan pihak lain.
§  Jenis-jenis Konflik:
1.      Konflik Intraindividu
Konflik ini dialami oleh individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan ekspektasi di luar berbeda dengan keinginan atau harapannya.
2.       Konflik Antarindividu
Konflik yang terjadi antarindividu yang berada dalam suatu kelompok atau antarindividu pada kelompok yang berbeda.
3.      Konflik Antarkelompok
Konflik yang bersifat kolektif antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
4.       Konflik Organisasi
 Konflik yang terjadi antara unit organisasi yang bersifat struktural maupun fungsional.

Berdasarkan fungsinya, konflik dibagi menjadi dua macam yaitu:
1.    Konflik Fungsional (functional conflict) adalah konflik yang mendukung pencapaian tujuan kelompok dan memperbaiki kinerja kelompok.
2.  Konflik Disfungsional (dysfunctional conflict) adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.

§  Proses-proses Konflik
Konflik merupakan proses yang dinamis, bukan kondisi statis. Konflik memiliki awal dan melalui banyak tahap sebelum berakhir. Berikut ini proses-proses suatu konflik, yaitu:
a.  Antecedent conditions atau latent conflict, merupakan kondisi yang berpotensi untuk menyebabkan atau mengawali sebuah episode konflik. Terkadang tindakan agresi dapat mengawali proses konflik. Kondisi-kondisi yang mendahuli dapat terlihat tidak begitu jelas di permukaan. Konflik belum tentu muncul karena kedua belah pihak tidak berkeras memenuhi keinginan masing-masing. Disinilah konflik bersifat laten, yaitu berpotensi untuk muncul, tetapi dalam kenyataannya tidak terjadi.
b.  Perceived conflict. Agar konflik dapat berlanjut, kedua belah pihak baru menyadari bahwa mereka dalam keadaan terancam dalam batas-batas tertentu. Tanpa rasa terancam ini, salah satu pihak dapat melakukan sesuatu yang berakibat negatif bagi pihak lain, tetapi tidak didasari sebagai ancaman.
c.  Felt conflict. Persepsi berkaitan erat dengan perasaan karena itulah jika orang merasakan adanya perselisihan baik secara aktual maupun potensial ketegangan, frustasi, rasa marah, rasa takut, maupun kegusaran akan bertambah. Disinilah mulai diragukan kepercayaan terhadap pihak lain, sehingga segala sesuatu dianggap sebagai ancaman, dan orang mulai berpikir bagaimana untuk mengatasi situasi dan ancaman tersebut.
d.  Manifest conflict. Persepsi dan perasaan menyebabkan orang untuk bereaksi terhadap situasi yang sama. Begitu banyak bentuk reaksi yang mungkin muncul pada tahap ini adalah berbagai argumentasi, tindakan agresif atau bahkan munculnya niat baik yang menghasilkan penyelesaian masalah yang konstruktif.
e.  Conflict resolution atau suppression. Conflict resolution atau hasil suatu konflik dapat muncul dalam berbagai cara. Kedua belah pihak mungkin mencapai persetujuan yag mengakhiri konflik tersebut.
f.   Conflict alternatif. Ketika konflik terselesaikan, tetap ada perasaan yang tertinggal. Terkadang perasaan lega dan harmoni yang terjadi, seperti ketika kebijaksanaan baru yang dihasilkan dapat menjernihkan persoalan diantara kedua belah pihak dan dapat menimbulkan konflik-konflik yang dapat terjadi di masa yang akan datang.

D.    Contoh Kasus
PT Bintang Buana Karya, bergerak dalam bidang konveksi atau textil, mengalami konflik antara perusahaan dengan karyawan. Konflik ini terjadi disebabkan oleh adanya kesalahpahaman dan komunikasi yang kurang baik antara atasan dengan karyawan.

Adanya perubahan kebijakan dalam perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan, namun pihak perusahaan belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan, Namun tindakan ini berujung pada PHK besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan.

§  Solusi yang dapat dilakukan adalah:
- Membentuk suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan pengumungan atau pengumuman melalui loudspeaker.
- Membuat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancar dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan komunikasi yang intens akan mengurangi masalah di lapangan
- Memberikan pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi

II.                KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN
A.    Pengertian Komunikasi
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin yaitu communication yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama.

Menurut Hoveland (1948)  komunikasi adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain.

Komunikasi adalah suatu proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula di monopoli oleh satu atau beberapa orang. (Gode, 1969)  

Raymond S. Ross (1983) mengatakan bahwa komunikasi  sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.

B.     Proses Komunikasi
Secara umum, tahapan dalam proses komunikasi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sender, yaitu individu, kelompok atau organisasi yang menginginkan dan menyampaikan pesan kepada individu, kelompok atau organisasi lain, yaitu receiver.
2.   Encoding adalah menerjemahkan pemikiran tentang apa yang ingin disampaikan ke dalam kode atau bahasa yang dapat dimengerti orang lain. Ini membentuk dasar dan message atau pesan. Kemudian perlu memilih saluran yang dipergunakan untuk membagikan pesan.
3.  Message, adalah pesan yang merupakan informasi yang ingin disampaikan sender kepada receiver.
4.   Channel atau medium, merupakan saluran yang akan dipakai untuk menyampaikan pesan. Variasi saluran komunikasi sangat banyak dan berjenjang tingkat kekuatan komunikasi.
5.  Decoding, memecahkan sandi, merupakan proses menginterpretasikan dan membuat masuk akal suatu pesan yang diterima receiver.
6.   Receiver adalah orang, kelompok atau organisasi kepada siapa pesan dimaksudkan untuk diterima. Kemudian receiver menciptakan arti dari pesan yang diterimanya.
7.   Noise, merupakan sesuatu yang menganggu terhadap penyampaian dan pemahaman terhadap pesan. Ini dapat memengaruhi setiap bagian dari proses komunikasi. Merupakan faktor yang dapat memahami kejelasan pesan pada setiap titik selama proses komunikasi.
8Feedback, merupakan pengetahuan tentang dampak pesan pada receiver dan menimbulkan reaksi receiver disampaikan kepada sender.

C.     Hambatan Komunikasi
Menurut Leonard R.S. dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan Charles Wankel sebagaimana yang dikutip oleh Herujito (2001), ada beberapa hambatan terhadap komunikasi yang efektif, yaitu :
1.   Mendengar. Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
2.  Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui. Seseorang cenderung hanya ingin mendengar informasi yang ingin mereka ketahui saja dan mengabaikan komunikasi yang bertentangan dengan tujuannya.
3.   Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
4.  Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan.
5.  Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian.
6.   Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi – tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses komunikasi yang berlangsung.
7.   Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
8.  Gangguan. Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya.

D.    Komunikasi Interpersonal Efektif dalam Organisasi
Komunikasi antarpribadi (interpersonal) adalah komunikasi yang dilakukan antar individu dalam masyarakat terntentu dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi antarpribadi atau yang disebut dengan interpersonal communication biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari misalnya komunikasi yang dilakukan dalam satu keluarga, antar teman, antar tetangga, atau dengan rekan sekerja dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam suatu organisasi, komunikasi interpersonal sering digunakan antar sesama anggota organisasi secara informal baik antar atasan dengan bawahan maupun sesama anggota yang setingkat. Oleh karena itu, dalam komunikasi interpersonal efektif dalam artian bila penyampaian pesan dilakukan secara informal dengan menggunakan bahasa yang sangat sederhana sehingga mudah dipahami oleh kedua belah pihak.

Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi mencakup dua bagian yaitu:
1.   Componential adalah menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik dengan segera.
2.    Situasional adalah Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.

E.     Model Pengolahan Informasi Dalam Komunikasi
Model pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.

Model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya.

§  Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1.   Rational yaitu pemodelan secara visual yang memiliki banyak kemampuan (powerful) untuk pembentukan sistem berorientasi objek.
2Limited capacity yaitu merupakan kapasitas pengolahan informasi terbatas kepada tujuan manipulasi sebuah subset informasi yang tersedia.
3Expert yaitu keahlian yang dibutuhkan dalam pengolahan informasi yang mungkin tersedia.
4. Cybernetic merupakan teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, umpan balik (feedback) sebagai pengontrol dari sistem yang berfungsi dengan memperhatikan lingkungan.

F.      Model Interaktif Manajemen Dalam Komunikasi
Model interaktif manajemen dalam komunikasi meliputi:
1.      Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2.       Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3.      Interaction Management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan
4.      Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.      Other-orientation
Dalam hal ini suatu manajemen organisasi berorientasi pada pegawai.





Daftar Pustaka:
Herujito, Yayat M.2001. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Grasindo.
National Safety Council. (2004). Manajemen Stres. Jakarta: Penerbit EGC.
Umar, Husein. (2005). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Pearce, Robinson.(2008). Manajemen Strategis Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat
Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Berger, Charles R. and Steven H. Chaffee. (1948). Handbook Communication. Baverly Hills: Sage Publication
Wiryanto. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Grasindo: Gramedia Indonesia
Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wibowo. (2016). Perilaku dalam Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


0 komentar:

Posting Komentar

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda