A.
Pengorganisasian
Struktur Organisasi
1.
Pengertian Struktur Organisasi
Struktur organisasi
menurut Schermerhorn (1996) adalah sistem tugas, alur kerja, hubungan pelaporan
dan saluran komunikasi yang dikaitkan secara bersama dalam pekerjaan individual
maupun kelompok.
Selain itu menurut
Gomez-Mejia dkk (2004), struktur organisasi merupakan hubungan formal maupun
informal antar anggota suatu organisasi.
Adapun Robbins (2004) menjelaskan
tentang mengenai suatu tugas atau pekerjaan secara formal dibagi, dikelompokkan
dan dikoordinasikan.
Lebih lanjut , Thompson
dan Strickland (1993) berpendapat bahwa struktur organisasi yang tepat bagi
suatu organisasi sangat tergantung pada strategi bisnis yang dipilih.
Dengan demikian struktur
organisasi (desain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme formal dengan
mana organisasi dikelola yang menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola
tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau
posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini
mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi,
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran)
satuan kerja.
Adapun faktor-faktor
utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut:
a.
Strategi
organisasi untuk mencapai tujuannya.
b.
Teknologi yang
digunakan
c. Anggota atau
karyawan dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi
d.
Ukuran
organisasi
Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari:
Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari:
a. Spesialisasi kegiatan
berkenaaan dengan spesifikasi tugas-tugas individual dan kelompok kerja dalam
organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas tersebut menjadi
satuan-satuan kerja (departementalisasi).
b. Standarisasi
kegiatan, merupakan prosedur-prosedur yang digunakan organisasi untuk menjalin
terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan.
c. Koordinasi
kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur yang mengintegrasikan fungsi-fungsi
satuan-satuan kerja dalam organisasi.
d. Sentralisasi dan
desentralisasi pembuatan keputusan, yang menunjukkan lokasi (letak) kekuasaan
pembuatan keputusan.
e. Ukuran satuan
kerja menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu kelompok kerja.
2.
Fungsi dari Manajemen
Menurut Stoner manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para
anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen
didefinisikan sebagai suatu proses karena semua manajer memperdulikan
keterampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang
saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Beberapa ahli
manajemen menjelaskan fungsi-funsgi manajemen adalah sebagai berikut:
1.
Menurut Henry
Fayol, fungsi-fungsi manajemen adalah:
a.
Planning
b.
Organizing
c.
Commanding
d.
Coordinating
e.
Controling
2.
Menurut Harold
Koontz dan Cyril O’Donnell, fungsi-fungsi manajemen adalah:
a.
Planning
b.
Organizing
c.
Staffing
d.
Directing
e.
Controlling
3.
Menurut M.
Gullich, menyatakan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:
a.
Planning
b.
Organizing
c.
Staffing
d.
Directing
e.
Coordinating
f.
Reporting
g.
Budgeting
4.
Menurut Lyndal
F. Urwick fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:
a.
Forecasting
b.
Planning
c.
Organizing
d.
Commanding
e.
Coordinating
f.
Controlling
5.
Menurut George
R. Terry mengklasifikasikan fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:
a.
Planning
b.
Organizing
c.
Actuating
d.
Controling
6.
William H.
Newman menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
a.
Planning
b.
Organizing
c.
Assembling resources
d.
Directing
e.
Controling
Banyak ahli manajemen mengutarakan fungsi-fungsi
manajemen seolah-olah tidak ada pembatasan yang jelas tentang fungsi-fungsi
manajemen itu sendiri, tetapi apabila diperhatikan, semua penjelasan yang
dikemukakan oleh para ahli tersebut
mempunyai substansi yang sama, terutama dilihat dari tujuan manajemen sebagai
ilmu dan sebagai seni. Dengan demikian, tidak diperlukan kesepakatan di antara
para ahli mengenai hal itu karena secara keseluruhan, mereka saling mengisi
kekurangannya.
Dari enam fungsi manajemen, secara garis besar dapat
dipahami bahwa seluruh kegiatan manajemen tidak terlepas dari fungsi-fungsi planning, organizing dan controlling. Sedangkan fungsi-fungsi
lainnya merupakan cara penyebutan yang berbeda tetapi mengandung isi yang sama,
di mana pada dasarnya adalah fungsi staffing,
directing atau leading.
Dalam pembahasan ini akan diperinci lima fungsi yang
paling penting, yaitu planning,
organizing, staffing, leading dan controlling.
Untuk lebih jelas fungsi-fungsi manajemen dapat diuraikan
1.
Perencanaan (Planning)
Planning berasal dari
kata plan, artinya rencana,
rancangan, maksud dan niat. Planning berarti
perencanaan. Perencanaan adalah proses kegiatan, sedangkan rencana merupakan
hasil perencanaan. Perencanaan adalah kegiatan yang berkaitan dengan usaha
merumuskan program yang di dalamnya memuat segala sesuatu yang akan
dilaksanakan, penentuan tujuan, kebijaksanaan, arah yang akan ditempuh,
prosedur dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian tujuan. Dalam
perencanaan terdapat penentuan-penentua sebagai berikut:
a. Bentuk bentuk
atau jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;
b.
Prosedur
pelaksanaan kegiatan;
c. Kebijakan-kebijakan
yang dijadikan landasan kegiatan;
d.
Arah dan tujuan
yang hendak dicapai;
e.
Personel yang
melaksanakan rencana;
f.
Waktu
pelaksanaan rencana;
g.
Anggaran biaya
yang dibutuhkan.
Perencanaan juga dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses perkiraan dan penentuan secara matang hal-hal yang akan
dikerjakan pada masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.
Perencanaan adalah tugas seorang manajer untuk
menentukan pilihan dari berbagai alternatif, kebijaksanaan, prosedur dan
program. Perencanaan mengandung tiga hal yang mendasar, yaitu: (1) tujuan, (2)
perhitungan atau pertimbangan kebijakan, (3) pelaksanaan rencana.
2.
Pengorganisasian
(Organizing)
Pengorganisasian adalah proses menghubungkan
orang-orang yang terlibat dalam organisasi tertentu dan menyatupadukan tugas
serta fungsinya dalam perusahaan. Dalam proses pengorganisasian dilakukan
pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab secara terperinci berdasarkan
bagian dan bidangnya masing-masing sehingga terintegrasikan hubungan kerja yang
sinergis, koperatif yang harmonis dan seirama dalam mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama. Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana pekerjaan
ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.
3.
Penyusunan
Personalia (Staffing)
Penyusunan personalia adalah penarikan (recruitment), latihan dan pengembangan,
serta penempatan dan pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja
yang menguntungkan dan produktif. Dalam pelaksanaan fungsi ini manajemen
menentukan persyaratan- persyaratan mental, fisik dan emosional untuk
posisi-posisi jabatan yang ada melalui analisa jabatan, deskripsi jabatan dan
spesifikasi jabatan dan kemudian menarik karyawan yang diperlukan dengan
karakteristik-karakteristik personalia tertentu, seperti keahlian, pendidikan,
umur, latihan dan pengalaman. Fungsi ini mencakup kegiatan kegiatan-kegiatan
seperti pembuatan sistem penggajian untuk pelaksanaan kerja yang efektif,
penilaian karyawan untuk promosi, transfer atau bahkan demosi dan pemecatan,
serta latihan dan pengembangan karyawan.
Beberapa literatur manajemen memasukkan fungsi staffing sebagai bagian dari fungsi organizing, namun ada juga yang
menempatkan staffing sebagai hal yang
terpisah dari fungsi manajemen. Dalam pembahasan disini, fungsi staffing
diuraikan terpisah sebagai salah satu fungsi manajemen.
4.
Pengarahan (Leading)
Setelah rencana dibuat, organisasi di bentuk dan
disusun personalianya, langkah berikutnya adalah menugaskan karyawan untuk
bergerak menuju tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan (leading) adalah untuk membuat atau
mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka
lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaab pemimpin serta
kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin.
Fungsi leading sering disebut dengan
macam-macam nama, antara lain leading,
directing, motivating, actuating atau lainnya. Kegiatan pengarahan ini
langsung menyangkut orang-orang dalam organisasi.
5.
Pengawasan (Controlling)
Semua fungsi sebelumnya tidak akan efektif tanpa
fungsi pengawasan (controlling), atau
sering disebut dengan istilah pengendalian. Pengawasan (controlling) adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Pengawasan dapat berupa pengawasan positif maupun pengawasan negatif.
Pengawasan positif mencoba untuk mengetahui apakah
tujuan organisasi dicapai dengan efisien dan efektif. Pengawasan negatif
mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak diinginkan atau dibutuhkan
tidak terjadi atau terjadi kembali. Pengawasan dapat dibagi tiga, yaitu: (1)
pengawasan yang bersifat top down,
yaitu pengawasan yang dilakukan dari atasan langsung kepada bawahan; (2) bottom up, yaitu pengawasan yang
dilakukan dari bawahan kepada atasan; (3) pengawasan melekat, yaitu pengawasan
yang termasuk pada self control,
yaitu atasan ataupun bawahan senantiasa mengawasi dirinya sendiri. Pengawasan
ini lebih dititikberatkan pada kesadaran pribadi, introspeksi diri dan menjadi
suri teladan bagi orang lain.
3.
Manfaat Struktur Fungsional dan Divisional
a. Struktur
organisasi fungsional banyak ditemukan pada organisasi atau perusahaan yang
mempunyai area spesialisasi sebagai dasar eksistensi sebuah departemen. Departemen
fungsional mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama atau kegiatan-kegiatan yang
sejenis utuk membentuk suatu satuan organisasi. Struktur fungsional merupakan
pendekatan struktur organisasi yang digunakan oleh sebagaian besar perusahaan
berukuran kecil atau menengah. Organisasi seperti ini biasanya terbentuk di
sekitar fungsi bisnis dasar (pemasaran, operasional, keuangan). Dalam struktur
organisasi ini terdiri dari orang-orang dengan keterampilan yang sama dan
melakukan tugas-tugas yang serupa yang kemudian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja. Adapun
manfaat struktur fungsional yaitu:
1.
Mencakup
spesialisasi di bidang-bidang fungsional.
2. Mengembangkan
keahlian yang dimiliki seorang spesialis fungsional.
3. Dengan keahlian
yang dimiliki seorang spesialis fungsional, memudahkan mereka dalam memecahkan
masalah pada area tertentu yang berada di bawah wewenangnya.
4.
Timbulnya
koordinasi yang lebih baik di antara mereka (para pakar pemasar).
5. Menjaga kekuasaan
dan kedudukan fungsi-fungsi utama.
6.
Menciptakan efisiensi
melalui spesialisasi.
7.
Memusatkan
keahlian organisasi.
8.
Memungkinkan pengawasan
manajemen puncak lebuh ketat terhadap fungsi-fungsi.
b.
Struktur
Divisional biasanya diterapkan di perusahaan yang berskala menengah ke atas.
Struktur organisasi ini dikelompokkan berdasarkan kesamaan produk, layanan,
pasar dan letak geografis. Adapun manfaat struktur divisional anatara lain:
1.
Koordinasi
antara fungsi dan wewenang menjadi lebih cepat dan mudah.
2. Menempatkan pengembangan
dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas.
3.
Mempertahankan spesialisasi
dalam setiap divisi.
4.
Mempunyai
fleksibilitas pada struktur perusahaan.
5. Membebaskan para
kepala eksekutif untuk pembuatan keputusan strategik lebih luas dan
memungkinkan konsentrasi penuh pada tugas-tugas.
6.
Cocok untuk
lingkungan yang cepat berubah.
7.
Kesempatan karir
lebih terbuka.
8.
Lebih mudah
untuk menilai prestasi kerja.
4.
Kerugian Struktur Fungsional dan Divisional
a.
Kerugian
struktur fungsional antara lain:
1.
Terlalu kaku
dengan spesialisasi para karyawan.
2.
Hanya memusatkan
pada kepentingan tugas-tugasnya.
3.
Koordinasi antar
bagian atau fungsi tidak terlalu baik.
4. Menyebabkan kemacetan-kemacetan
pelaksanaan tugas yang berurutan.
5.
Sulit menentukan
mana yang harus bertanggungjawab.
6. Menyebabkan para
anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inovatif.
7.
Sulit untuk
menilai prestasi.
8.
Mempunyai potensi
yang kuat untuk terjadinya konflik antar fungsi.
b.
Kerugian
struktur divisional antara lain:
1. Menyebabkan berkembangnya
persaingan “dsyfunctional” potensial
antar sumber daya-sumber daya perusahaan dan konflik antara tugas-tugas dan
prioritas- prioritas.
2. Masalah seberapa
besar delegasi wewenang yang diberikan kepada manajer-manajer divisi.
3.
Masalah kebijaksanaan
dalam alokasi sumber daya dan distribusi biaya-biaya overhead perusahaan.
4.
Dapat menimbulkan
tidak konsistennya kebijaksanaan antara divisi-divisi.
5.
Masalah duplikasi
sumber daya dan peralatan yang tidak perlu.
5.
Contoh Kasus tentang Organisasi (saran dari struktur
fungsional dan divisional)
Pembabatan hutan adat di Kalimantan
Tengah terus berlangsung seperti terjadi di kawasan hutan Tamanggung Dahiang di
Desa Tumbang Dahui, Kecamatan Katingan Hulu, Kabupaten Katingan pada bulan awal
Nopember 2002. Kejadian ini sebenarnya telah diketahui oleh seorang tokoh desa
bernama Salin R. Ahad yang kemudian permasalahan ini dilaporkan ke Polda,
Kejaksaan Tinggi, dan DPRD Propinsi Kalteng yang dianggap menginjak-injak harga
diri masyarakat adat dan hukum-hukum adat setempat. Kemudian tokoh desa itu
juga mengungkapkan keterlibatan oknum-oknum BPD (Badan Perwakilan Desa) yang
ikut membekingi dan melakukan pembabatan hutan adat tersebut.
Kejadian yang hampir sama terjadi
pada pertengahan bulan Juni 2002. 189 warga desa di wilayah Kecamatan Gunung
Purei, Kabupaten Barito Utara menuntut HPH PT. Indexim dan PT. Sindo Lumber
telah melakukan pembabatan hutan di kawasan Gunung Lumut. Kawasan hutan lindung
Gunung Lumut di desa Muara Mea itu oleh masyarakat setempat dijadikan kawasan
ritual sekaligus sebagai hutan adat bagi masyarakat dayak setempat yang
mayoritas pemeluk Kaharingan. Sebelum kejadian ini telah diadakan pertemuan
antara masyarakat adat dan HPH-HPH tersebut.
Namun setelah sekian lama ternyata
isi kesepakatan tersebut telah diubah oleh HPH-HPH itu dan ini terbukti bahwa
perwakilan-perwakilan masyarakat adat dengan tegas menolak dan tidak mengakui
isi dari kesepakatan itu.
Selain itu, konflik yang terjadi
antara mayarakat desa Tumbang Dahui denga perusahaan PT.Indexin dan PT.Sindo
Lumber disebabkan dengan hal-hal seperti berikut:
1. Masalah tata batas yang tidak jelas
dari 2 belah pihak
2. Pelanggaran adat yang disebabkan
perusahaan tersebut
3. Ketidakadilan aparat hukum dalam
menyelsaikan persoalan
4. Hancurnya penyokong antara
masyarakat adat dan masyarakat hutan akibat rusak dan sempitnya hutan
5. Tidak ada kontribusi positif
pengelola hutan dengan masyarakat adat dan masyarakat di sekitar hutan.
6. Perusahaan tidak melibatkan masyarakat
adat dan masyarakat disekitar hutan dalam pengusahaan hutan.
Saran
dari struktur fungsional:
Seharusnya,aparat keamanan yang bertugas melindungi masyarakat bisa menindak lanjuti kedua perusahaan tersebut,karena perusahaan PT.Indexin dan PT.Sindo Lumber telah melanggar tentang pengelolaan hutan.Kedua perusahaan tersebt telah membabat habis hutan di kawasan gunung lumut tersebut, apalagi hutan tersebut merupakan hutan lindung. Selain itu aparat kemanan juga dapat menangkap oknum BPD tersebut, karena oknum tersebut terlibat langsung dalam kerjasama dengan kedua perusahaan tersebut. Oknum ini harusnya menghalangi tindakan kedua perusahaan tersebut dalam pembabatan hutan.
Seharusnya,aparat keamanan yang bertugas melindungi masyarakat bisa menindak lanjuti kedua perusahaan tersebut,karena perusahaan PT.Indexin dan PT.Sindo Lumber telah melanggar tentang pengelolaan hutan.Kedua perusahaan tersebt telah membabat habis hutan di kawasan gunung lumut tersebut, apalagi hutan tersebut merupakan hutan lindung. Selain itu aparat kemanan juga dapat menangkap oknum BPD tersebut, karena oknum tersebut terlibat langsung dalam kerjasama dengan kedua perusahaan tersebut. Oknum ini harusnya menghalangi tindakan kedua perusahaan tersebut dalam pembabatan hutan.
Saran dari
struktur divisional:
Agar menghindari
konflik dengan masyarakat sekitar,perusahaan juga seharusnya bersikap baik
dalam lingkumgan sekitar.Seperti tidak melakukan pembabatan hutan lindung. Lalu
jika melakukan penebangan pohon di hutan, harus melakukan reboisasi(penanaman
ulang pohon). Hormat kepada masyarakat sekitar dan adat dan berlaku, karena
masyarakat Kalimantan terkenal dengan adatnya yang harus di jaga secara turun
menurun. Jika hal itu dilakukan oleh perusahaan, mungkin tidak ada yang namanya
konflik eksetrnal.
B.
Actuating
dalam Manajemen
1.
Pengertian Actuating
dalam Manajemen
Actuating yang berarti pergerakkan merupakan terjemahan dari
bahasa Inggris actuating, di mana
kata ini berasal dari bahasa Latin yaitu actuare.
To actuate dalam Webstrer’s New
Collegiate Dictionary diberi penjelasan berarti to put into action, to incite to action atau yang berarti
menggerakkan, mendorong untuk bergerak.
G.R. Terry dalam buku Principles Of Management
memberi definisi sebagai berikut:
Actuating is setting all members of the group to
want to achieve and to strive to achieve the objective willingly and keeping
with the managerial planning and organizing efforts.
Pergerakan
ialah membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar supaya
berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta
serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.
Dari definisi di atas terlihat bahwa tercapai atau
tidaknya tujuan tergantung kepada bergerak atau tidaknya seluruh anggota
kelompok manajemen, mulai dari tingkat atas, menengah dan bawah.
Dengan demikian actuating
adalah kegiatan yang menggerakkan dan mengusahakan agar semua karyawan
melakukan tugas dan kewajibannya. Para karyawan sesuai dengan keahlian dan
proporsinya melaksanakan rencana dalam aktivitas konkret yang diarahkan pada
tujuan yang telah ditetapkan, dengan selalu mengadakan komunikasi, saling
memberi motivasi, melaksanakan perintah dan instruksi serta mengadakan
sepervisi dengan meningkatkan sikap dan moral setiap karyawan. Dalam actuating terdapat hal-hal berikut ini,
yaitu:
a.
penetapan awal
pelaksanaan rencana kerja;
b. pemberian contoh
tata cara pelaksanaan kerja dari pimpinan;
c. pemberian
motivasi para pekerja untuk segera bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya masing-masinh;
d.
pengomunikasian
seluruh arah pekerjaan dengan semua unit kerja;
e.
pembinaan para
pekerja
f.
peningkatan mutu
dan kualitas kerja;
g.
pengawasan
kinerja dan moralitas pekerja.
Oleh karena itu tercapainya tujuan bukan hanya
tergantung kepada planning dan organizing yang baik, melainkan juga tergantung kepada
pergerakkan dan pengawasan. Perencanaan dan pengorganisasian hanyalah landasan
yang kuat untuk adanya pergerakkan yang terarah kepada sasaran yang dituju.
Pergerakkan tanpa planning tidak akan
berjalan efektif karena dalam perencanaan itulah ditentukan tujuan, budget, standard, metode kerja, prosedur dan program.
2.
Pentingnya Actuating
dalam Manajemen
Actuating dalam manajemen sangat penting karena hal ini berfungsi
untuk mengusahakan dan menggerakkan agar semua karyawan melaksanakan tugas dan
kewajibannya serta untuk membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok
agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan
ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari
pihak pimpinan. Peran fungsi perencanaan dan pengorganisasian sangatlah penting
untuk dapat mewujudkan pergerakkan yang dinamis. Setiap sumber daya manusia
harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi
sumber daya manusia untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang
telah ditetapkan.
3.
Prinsip Actuating
dalam Manajemen
Actuating merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam
kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan
mengembangkan tenaga kerja efektif dan serta efisien untuk mencapai tujuan.
Prinsip actuating
ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia, juga
menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan
berbagai tingkah laku yang berbeda-beda memiliki pandangan serta pola hidup
yang berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan
harus berpegangan pada beberapa prinsip, yaitu:
a.
Prinsip pengarahan
pada tujuan
Tujuan
pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan efektifnya proses
pengarahan, akan semakin besar sumbangan
bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,
artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mengarahkan dukungan atau
dari faktor seperti perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup,
pengawasan yag efektif dan kemampuan untuk meningkatkan bawahan.
b.
Prinsip
keharmonisan pada tujuan
Orang-orang
bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkin tidak mungkin sama
dengan tujuan perusahaan. Mereka menghendaki demikian dengan harapan tidak
terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan
sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan. Semua ini dipengaruhi
oleh masing-masing motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik akan
mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang wajar. Sedangkan
kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada
saat itu itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
c.
Prinsip kesatuan
komando
Prinsip
kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tanggung
jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur di dalam
melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja,
maka pertentang dalam pemberian intruksi dapat dikurangi, serta semakin besar
tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
Menurut
Kurniawan (2009) prinsip-prinsip dalam pergerakkan atau actuating antara lain:
a.
Memperlakukan pegawai
dengan sebaik-baiknya.
b.
Mendorong pertumbuhan
dan perkembangan manusia.
c.
Menanamkan pada
manusia keinginan untuk melebihi.
d.
Menghargai hasil
yang baik dan sempurna.
e.
Mengusahakan keadilan
tanpa pilih kasih.
f.
Memberikan kesempatan
yang tepat dan bantuan yang cukup.
Daftar Pustaka:
Ebert Ronald J., dan Griffin Ricky W. (2007). BISNIS Edisi Kedelapan. Jakarta:
Erlangga.
Handoko, Hani T. (2009). Manajemen Edisi 2. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Nurzaman, Kadar. (2014). Manajemen Perusahaan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Sukarna. (2011). Dasar-Dasar
Manjemen. Bandung: CV Mandar Maju.
Sukoco, Munir Badri. (2007). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar